Sabtu, 03 Januari 2009

Hubungan Komunikasi Antar Persona Perawat dan Keluarga Pasien serta Kepuasan Keluarga Pasien dengan Persepsi tentang Citra RSU Djojonegoro Temanggung

Di dalam pelayanan kesehatan rumah sakit, petugas yang sangat banyak mendapatkan sorotan karena berpengaruh adalah perawat. Tanpa mengabaikan petugas kesehatan yang lain, kehadiran dan sentuhan perawat mempunyai proporsi yang terbesar dirumah sakit. Sedangkan perawat professional adalah adalah seorang perawat yang memiliki dan menerapkan teknologi keperawatan dalam menjalankan praktek keperawatan dan memcakup ketrampilan intelektual, ketrampilan teknikal dan ketrampilan interpersonal serta menggunakan etika profesi baik dalam melaksanakan praktek profesi maupun dalam kehidupan profesi. Untuk meningkatkan persepsi tentang citra rumah sakit, maka harus didahului dengan peningkatan komunikasi antar persona khususnya dalam hubungan antar persona antara perawat dengan keluarga pasien.
Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan Komunikasi Antar Persona Perawatan Dan Keluarga Pasien Serta Kepuasan Keluarga Pasien Dengan Persepsi Tentang Citra Rumah Sakit Umum Djojonegoro Kabupaten Temanggung”. Tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Hubungan Komunikasi Antar Persona Perawat Dan Keluarga Pasien Serta Kepuasan Keluarga Pasien Dengan Persepsi Tentang Citra Rumah Sakit Umum Djojonegoro Kabupaten Temanggung”. Hipotesis mayor adalah “ Adakah Hubungan Komunikasi Antar Persona Perawat Dan Keluarga Pasien Serta Kepuasan Keluarga Pasien Dengan Persepsi Tentang Citra Rumah Sakit Umum Djojonegoro Kabupaten Temanggung”.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Djojonegoro Kabupaten Temanggung dengan populasi Keluarga Pasien di Rumah Sakit Umum Djojonegoro Kabupaten Temanggung yang selama ini mengikuti atau menunggu saudaranya yang sedang sakit di rumah sakit tersebut. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel Incedental Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel, bila dipandang orang tersebut yang kebetulan ditemui itu merasa cocok / sesuai sebagai sumber data. Dalam penelitian ini diambil sebanyak 40 orang dengan pertimbangan dengan sejumlah itu dianggap mewakili dari keluarga pasien yang lainnya. 
Dari analisis hasil penelitian dalam uji hipotesis penelitian dipergunakan rumus statistik Analisis Regresi Dua Prediktor untuk mengetahui “Uji Korelasi / Hubungan” diketahui hasilnya yaitu Freg (Fo) = 6,773 > Ft 1 % = 5,25. Penggabunagn hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi dinyatakan sangat kuat atau hipotesis penelitian diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa “ Ada Hubungan Komunikasi Antar Persona Perawat Dan Keluarga Pasien Serta Kepuasan Keluarga Pasien Dengan Persepsi Tentang Citra Rumah Sakit Umum Djojonegoro Kabupaten Temanggung” dinyatakan terbukti kebenarannya.
Sumbangan Relatif Variabel Komunikasi Antar Persona Perawat Dan Keluarga Pasien sebesar 86,392% dan Variabel Kepuasan Keluarga Pasien sebesar 13,608 %, sedangkan Sumbangan Efektif Variabel Komunikasi Antar Persona Perawat Dan Keluarga Pasien sebesar 23, 14 % serta Kepuasan Keluarga Pasien sebesar 3,645 %. Dengan demikian besar sumbangan variabel Komunikasi Antar Persona Perawat Dan Keluarga Pasien lebih besar dari variabel Kepuasan Keluarga Pasien. Dengan demikian faktor komunikasi antar persona perawat menentukan citra rumah sakit. 


In service of hospital health, very officer many getting focus of because having an effect on is nurse. Without disregarding other health officer, attendance and nurse touch have the ill biggest proportion at hospital. While nurse professional is a nurse owning and applying treatment technology in running treatment practice and include intellectual skilled, skilled of technical and skilled of interpersonal and also use the good profession ethics in executing profession practice and also in profession life. To increase perception of about hospital image, hence have to be preceded with the make-up of communications between persona specially in relation between persona among nurse with the patient family.
As for formula is problem of this research that is :
”Are There Any Communications Relation Between Persona of Treatment And Patient Family And Also Satisfaction of Patient Family With The Perception About Public Hospital Image Djojonegoro of Sub-Province Temanggung". Target of this research is To Know The Communications Relation Between Persona of Nurse And Patient Family And Also Satisfaction of Patient Family With The Perception About Public Hospital Image Djojonegoro of Sub-Province Temanggung". Major Hypothesis is : "Are There Any Communications Relation Between Persona of Nurse And Patient Family And Also Satisfaction of Patient Family With The Perception About Public Hospital Image Djojonegoro of Sub-Province Temanggung".
This Research is done at home Public Hospital Djojonegoro of Sub-Province Temanggung with the population of Patient Family at Hospital Djojonegoro of Sub-Province Temanggung which during the time follow or await the bother/sister who is ill at hospital. Intake sampel use the technique of intake of sampel Incedental Sampling that is technique of determination sampel of pursuant to coincidence that is whosoever which coincidence come in contact with the researcher can be made by sampel, when looked into by a the people is which coincidence met that feel compatible to as source of data. In this research is taken counted 40 people with the consideration with a number of that assumed to deputize from family of the other patient 
From analysis of result of research in test of research hypothesis utilized a statistical formula Analyse The Regresi Two Prediktor to know the " Correlation Test" known its result that is Freg (Fo) = 6,773 > Ft 1 = 5,25. Merger the result indicate that the correlation expressed very strong or research hypothesis accepted. Thereby hypothesis raised in this research that " Are There Communications Relation Between Persona of Nurse And Patient Family And Also Satisfaction of Patient Family With The Perception About Public Hospital Image Djojonegoro of Sub-Province Temanggung" expressed proven its truth.
Contribution Relative Communications Variable Between Persona of Nurse And Patient Family equal to 86,392% and Variable of Satisfaction of Patient Family equal to 13,608 %, while Effective Contribution Communications Variable Between Persona of Nurse And Patient Family equal to 23,14 % and also Satisfaction of Patient Family equal to 3,645 %. Thereby big contribution of Communications variable Between Persona of Nurse And Patient Family bigger than variable of Satisfaction of Patient Family. Thereby communications factor between nurse persona determine the hospital image



System Theory, Cybernetics, & Information Theory

System theory deals with the interaction among elements of large process; cybernetics deals with control & regulation in systems; and information theory focus on the measurement and transmission of signal

Fundamental system concepts
 A system is : a set of things that affect one another within an environment and form any of the parts. Any system consist of 4 things :
o Objects : parts, elements, or variables
o Attributes : quality or properties
o Internal relationships among objects
o Environments
 System quality :
o Wholeness & interdependence
o Hierarchy
o Self regulation & control
o Interchange with the environment
o Balance (homeostatis)
o Change (morphogenesis) & adaptability
o Equifinality

Information theory : a quantitative study of signals
 Basic concepts
o Entropy : randomness, unpredictable
o Information : a measure of uncertainty
o Negentropy : predictable situation
o Information as a number of choices, or alternative, available in predicting an outcome
 Language & information
o Sequential stimuli
o Predictable pattern
o Redundancy
 Information transmission
o Source
o Message
o Transmitter
o Signals
o Noise
o Receiver
o Destination
o Channel :
 Channel capacity
 Throughput : the actual amount of information in the channel

Cybernetics is a way of thinking. Emphasizing circular reasoning, cybernetics challenges the very idea that one thing causes another in a linier fashion. Cybernetics claims that observers can never see how a system works by standing outside the system itself because the observer is always on some level engaged cybernetically with the system being observed.

 Second – order cybernetics
Cybernetics of the observing system, or cybernetics of knowing. What is observed in a system is determined in part by the categories and methods of observation, which in turn are affected by what is seen. This circle is a cybernetics system, and observers cannot escape it.

 Dynamic Social Impact Theory
Explain in system terms how commonalities develop among individuals and how cultures form. Dynamic Social Impact Theory introduces a concept of social spaces where people meet, communicate, and influence one another

Jumat, 02 Januari 2009

Syok Anafilaksis

Pendahuluan
Reaksi anafilaksis adalah suatu sindroma yang terjadi karena adanya peningkatan permiabilitas dinding pembuluh darah dan penyempitan bronkus yang mendadak1. Reaksi ini dicetuskan oleh beberapa mediator kimiawi endogen seperti : histamin, serotonin atau lainnya yang segera terbentuk. Peristiwa ini dapat setelah reaksi terkena racun. Perubahan dapat menjelma menjadi suatu kegawatan berupa syok, gagal nafas, henti jantung dan kematian mendadak.
Reaksi anafilaksis atau hipersensitivitas jenis cepat adalah reaksi imonopatologik tipe I, yaitu reaksi jaringan yang terjadi beberapa menit setelah obat manifestasi kontak antigen dan antibod2. Sebagai antigen adalah IgE.yang disebut homositotropik. Antigen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis antara lain : racun serangga, vaksin, serum antitoksin (yang tersering adalah terbuat dari bahan-bahan heterologus) dan obat-obatan (misalnya penisilin).
Sebenarnya syok anafilaksis dapat dianggap resiko tiap pemberian obat. melalui suntikan atau cara lain. Hal ini harus selalu kita pertimbangkan. Kegawatan yang mungkin terjadi dapat diatasi oleh personalia baik dokter maupun perawat yang tidak panik, dapat mengenal gejala anafilaksis dengan cepat dan segera memberikan pengobatan/pertolongan. Kematian atau cacat yang menetap akibat syok dapat dihindari dengan tindakan penyelamatan yang cepat dan tepat.
Gejala-gejala reaksi Anafilaksis.
Gejala-gejala syok anafilaksis sering disertai gejala reaksi hipersensitif lainnya Manifestasinya bergantung cara masuk antigen atau benda asing, jumlah yang diabsorpsi dan tingkat hipersensitifitas. Kebanyakan (95 %) reaksi akan timbul dalam 5-60 menit setelah pemberian i.m atau subkutan3. Dengan suntikan i.v. gejala permulaan akan terlihat dalam waktu 2-10 menit.
Melihat simptomatologi dan waktu interval antara kontak antigen dan timbulnya gejala klinis, hebatnya reaksi anafilaksis tidak sama pada individu yang berbeda4. Gejala klinis sekecil apapun harus diperhatikan dengan teliti karena dapat segera diikuti oleh gejala lain yang lebih hebat. Kadang-kadang hanya dimulai dengan telinga berdengung, lidah, muka dan tangan terasa gatal, dada terasa tertekan dan sesak nafas. Batuk dan nafas berbunyi (wheezing), urtikaria, kelopak mata dan faring bengkak, rasa mual dan muntah dapat pula menyertai gejala sebelumnya. Sering pula terjadi nyeri prekordial sebagai satu-satunya gejala permulaan5. Tanda-tanda edema laring dan hipotensi merupakan gejala menuju keadaan yang fatal.

Pertimbangan Penggunaan Obat-obatan Untuk Mengatasi Syok Anafilaksis.
1. Adrenalin
Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati syok anafilaksis6. Obat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas otot jantung. Dosis di mulai dengan 0,3 - 0,5 mg.
2. Aminofuin.
Obat ini dipergunakan jika pemberian adrenalin belum dapat menghilangkan spasme bronkus. Harus diberikan dengan hati - hati karena efeknya terhadap kardiovaskular tidak tepat dan cenderung menyebabkan hipotensi.
3. Antihistamin.
Antihistamin tidak mendapat tempat untuk mengobati syok anafilaksis karena obat ini hanya bekerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap histamin, tetapi tidak untuk mediator anafilaksis lainnya. Efek samping itu histamin yang sudah mempengaruhi jaringan atau organ tubuh tertentu tidak dapat lagi dinetralisasi oleh antihistamin.
4. Kortikosteroid.
Kortikosteroid tidak banyak manfaat dalam keadaan akut, tetapi berharga untuk pengobatan lanjutan karena efeknya timbul setelah 3 — 6 jam setelah pemberi­an. Pengaruh obat ialah meningkatkan respons jaringan terhadap efek adrenalin (per­missive action) dan mengurangi pelepasan mediator anafilaksis dengan jalan stabilisasi membransel7.
Penatalaksanaan Syok Anafilaksis.
Jika terjadi komplikasi syok anafilaksis segera penderita diletakkan pada alas yang keras, kaki diangkat lebih tinggi dari kepala. Posisi kepala diperbaiki sambil menarik rahang ke atas dan ke depan. Dalam waktu yang singkat (kurang dari 5 menit ) harus dapat dinilai keadaan jalan nafas dan sirkulasi.
Kalau syok anafilaksis sudah sampai pada henti jantung (cardiac arrest) segera dilakukan bantuan hidup dasar (basic life support) sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru. Selama resusitasi diberikan adrenalin 0,5 - 1 mg i.v. larutan 1 : 1000 tanpa pengenceran. Kalau hanya terjadi syok anafilaksis terapi farmakoligi pilihan ialah segera diberikan 0,3 - 0,5 mg adrenalin larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau untuk anak 0,01 mg/kg BB8. Adrenalin disuntikkan subkutan atau intra muskular untuk reaksi anafilaksis ringan, tetapi untuk. gejala-gejala yang hebat obat ini disuntikan intravena dengan larutan 1: 10000. Pemberian dengan cara intra trakea dapat pula dilakukan karena masa kerjanya hampir sama dengan intravena. Jika perlukan pemberian adrenalin boleh diulang setelah 5 - 10 menit. Penyuntikan melalui jalur intrakardia hanya dipertimbangkan bila cara intravena atau intratrakardia tidak dapat dilaksanakan di samping itu cara intrakardia yang kurang hati-hati memberikan komplikasi pneumotorak atau cidera arteri koronaria, dan penyuntikan yang langsung kedalam otot jantung sering menyebabkan aritmia.
Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberikan respons, dapat ditambahkan aminofilin 5 - 6 mg/kg BB i.v. dosis inisial diteruskan 0,4 - 0,9 mg/kg BB/menit dalam cairan infus.
Kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5 – 10mg i.v. dapat diberikan sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut atau resisten.
Kalau tekanan darah tetap rendah, berikan obat vasopresor dan pasang infus cairan dekstrose 5 % atau NaCI 0,9 %.
Jika penderita tidak sadar dan masih bernafas spontan adekuat, letakkan ia pada posisi garis lurus telentang atau pada posisi sisi mantap. Kalau penderita masih sadar dengan tanda-tanda syok pertahankan ia horizontal dan telentang dengan muka keatas dan tinggikan tungkai. Posisi kepala lebih rendah tidak dianjurkan. Berikan selimut tetapi tidak terlalu tebal agar tetap hangat.
Syok anafilaksis yang disertai Edema laring dapat berakibat obstruksi nafas total atau parsial. Penderita dengan sumbatan jalan nafas parsial selain ditolong dengan obat-obatan juga harus mendapat bantuan nafas dan tambahan oksigen. Bantuan nafas bisa dilakukan dengan cara mulut ke mulut/hidung atau reservoir bag ke mulut /hidung dan alat bantu lain. Penderita dengan sumbatan jalan nafas harus segera ditotong lebih aktif lagi dengan cara intubasi endotrakea, krikotiromi atau trakeotomi.
Dalam keadaan gawat penderita anafilaksis tidak bijaksana dikirim ke Rumah Sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau hal ini terpaksa dilakukan, penderita harus dikawal oleh dokter atau perawat yang terampil menanggulangi. Posisi waktu dibawa tetap horizontal dengan kaki lebih tinggi, tidak boleh duduk. Infus sudah harus terpasang dan persediaan resusitasi serta alat bantu resusitasi disertakan dengan penderita. Kalau syok sudah teratasi jangan cepat-cepat penderita dipulangkan tetapi diawasi dahulu selama kurang lebih 4 jam.
Pencegahan Reaksi Anafilaksis.
Pengobatan syok anafilaksis tidak sulit dilaksanakan asal tersedia obat-obat dan alat bantu resusitasi kegawatan. Tetapi harus dilakukan secepat mungkin karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak sampai pada kematian atau cacat organ tubuh yang menetap. Beberapa ahli sudah banyak memikirkan bagaimana cara mencegah reaksi anafilaksis. Temyata hal ini tidak mudah dilaksanakan. Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain :
1. Menentukan apakah memang ada indikasi tepat memberikan obat tertentu dan apakah terdapat riwayat alergi terhadap obat tersebut. Jika perlu diganti dengan obat lain.
2. Harus diketahui apakah ada riwayat penyakit atopik pada penderita.
3. Apakah dapat dilakukan tes kulit atau tes lain terhadap obat yang akan diberikan Hasil tespun sering sulit diinterpretasikan. Bila tes negatif, pada umumnya pen­derita dapat mentoleransi obat tersebut. Tetapi tidak berarti pasti penderita tidak alergi karena mungkin alergennya kurang kuat. Sebaliknya jika tes kulit positif, ini menunjukkan penderita mempunyai risiko untuk bereaksi dengan obat ter­sebut, tetapi mungkin saja dalam tes terjadi reaksi positif palsu oleh iritasi non spesifik.
4. Menjelaskan kepada penderita atau keluarga tentang reaksi alergi pada tiap pemberian obat dan menjelaskan gejala yang akan dirasakan kalau terjadi reaksi.
5. Yang terpenting kita harus sediakan obat penawar untuk syok anafilaksis serta adanya alat bantu resusitasi. .

KESIMPULAN
1. Syok anafilaksis mungkin saja terjadi setelah pemberian obat. Komplikasi ini harus segera diketahui dan cepat ditanggulangi. Keselamatan penderita turut ditentukan oleh keterampilan personalia yang mampu menanggulangi kegawatan.
2. Syok anafilaksis yang sudah diikuti henti jantung, harus dilakukan resusitasi jantung dahulu. Adrenalin dan tindakan lainnya menyusul kemudian. Dalam keadaan ini dosis adrenalin 0,5 - 1 mg.
3. Pada syok anafilaksis adrenalin tetap merupakan pengobatan pertama. Dosis permulaan 0,3 - 0,5 mg untuk penderita dewasa dan 0,01 ing/kg BB untuk anak-anak.
4. Pemberian obat-obat dan tindakan lain selalu dipertimbangkan sesuai dengan gejala klinis yang ada.
5. Tindakan profilaksis reaksi anafilaksis tidak mudah dilaksanakan. Hal yang bermanfaat dapat dilakukan untuk menghadapi komplikasi ini ialah menyediakan obat-obat penawar dan alat bantu resusitasi serta kemampuan personalia melakukan resusitasi jantung paru.

DAFTAR PUSTAKA
1. Haupt M T., Carisopne, R W. Anaphylactic and anaphylactoid reactions. Dalam buku : Textbook of Critical Care, editor Schoemaker, W.C, Thonuone, W.L, Holbroolc. P.R., 1KB. Saunders, 1984, 72-82.
2. Tjokronegoro A Imunologi dan penyakit dalam imunologi, Diagnostik dan Terapi, editor : Tjokronegoro, A., Comain, S. FKUI 1982,1-16.
3. Kelly J F, Pattersone R Anapylaxis, course, mechanism and treatment. JAMA 12,1974; 1431 - 1436.
4. Sale S R, Greenberger P A, Pat tenone R. Idiopathic anaphylactoid reactions. JAMA 20, 1981; 2336-2339.
5. Surjadipraja M. Kedaruratan Kardiovaskular. Dalam buku Kedaruratan dan kegawatan Medik, editor : Tjokronegoro A, Maikmn A.H., FKUI Jakarta 1981, 93 - 102.
6. Barach E M, Nowak R M, Lee G T. Ephynephitne for treatment of anaphylacttc shock JAMA 3,1985; 34 - 38.
7. Safar P. Anaphyklaxis shock, Dalam buku Cardio-Pulnonary Cerebral Resuscitation. W B. Saunders, 1988,319-320
8. Font R M, Management of acute allergic disease Including anaphylaxis. Med. J. Austr.1984; 2:222-223

Menghadapai Rekan Kerja yang Sulit

Tuntutan untuk bekerja sama dengan berbagai tipe dan karakter orang merupakan hal yang biasa dalam dunia kerja. Kemampuan adaptasi pun menjadi satu hal yang penting di sini. Namun, kadang kali kita dihadapkan pada situasi di maa rekan kerja sulit diajak bekerja sama dan berkompromi.

Bila dibiarkan, produktiftas kerja pun akan terganggu dan bukan tidak mungkin menciptakan konflik yang menyebabkan suasana bekerja tidak kondusif. Lalu apa yang bisa dilakukan?

Dibalik kerugian yang didapat akibat dari rekan kerja yang tidak seirama, keadaan ini justru dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan performa dan sikap profesionalisme Anda. Meski sering terjadi pergesekan dengan rekan tim, bukan berarti pekerjaan menjadi terbengkalai atau berantakan. Oleh karena itu, usahakan untuk tetap fokus bekerja sesuai rencana dan tujuan yang hendak diraih. Bila atasan atau orang lain pun mengetahui hal ini, tentu saja akan menjadi nilai plus bagi Anda.

Timbulnya gesekan dengan rekan kerja kerap kali disebabkan adanya perbedaan pendapat atau cara menyikapi sesuatu. Agar konflik pun tidak semakin meruncing, cobalah membicarakan masalah tersebut secara privat dan baik – baik. Tentu saja, pembicaraan ini harus didasari dengan keinginan untuk mencari solusi dengan keinginan untuk mencari solusi yang bisa diterima kedua belah pihak yang tak lain demi kepentingan pekerjaan. Anda bisa menyampaikan beberapa hal yang dirasa menganggu selama bekerja sama dengannya. Namun tentu saja, Anda juga harus siap mendapatkan kritikan.

Patut disadari, menjaga hubungan dan bersikap positif tetap diperlukan untuk mempertahankan kinerja. Bersikap memusuhi tidaklah menyelesaikan permasalahan, tetapi hanya menambah kedongkolan dalam hati. Karena komunikasi yang menjadi dasar dalam setiap menjalin kerja sama semakin tidak berjalan lancar.

Apabila sikap rekan sekerja tersebut dirasa semakin merugikan banyak pihak dan tidak ada perubahan setelah pembicaraan secara privat, tidak ada salahnya memberitahu atasan akan situasi yang terjadi. Bukan berarti menyudutkan atau bersikap mengadu, toh hal ini lebih menitikberatkan pada kepentingan seluruh pihak.

Senin, 29 Desember 2008

Melamin Paling Merusak Ginjal

Xu Jianchao, Dokter spesialis ginjal dan asisten dosen Fakultas Kedokteran Universitas Yale, membeber satu hal yang jarang diketahui masyarakat, bahwa melamin yang mengakibatkan gagal ginjal, tidak hanya menjadikan terjadinya sedimentasi membatu, namun melamin itu sendiri dapat juga mengakibatkan kerusakan sangat fatal pada ginjal. Ada kemungkinan pada saat kondisi sebelum terbentuknya batu ginjal, juga dapat merusak fungsi ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.
Dokter Xu juga menyatakan, akibat fatal yang ditimbulkan oleh melamin pada tubuh manusia dan hewan tak hanya sebatas pada bagian ginjal saja, namun juga dapat mengakibatkan kanker prostat dan kemandulan. Dalam ujicoba pada tikus putih didapatkan bahwa kemungkinan timbulnya kanker prostat akibat melamin mencapai 17%.
Selama 2 bulan terakhir, di suatu desa di propinsi Liaoning terdapat ratusan ekor musang piaraan mati tanpa sebab setelah diberi makan pakan ternak merek tertentu. Hasil otopsi menunjukkan bahwa di bagian ginjal terdapat batu.
Kemudian batu tersebut dianalisa lebih lanjut, didapatkan bahwa di dalam batu ginjal dan juga di dalam pakan ternak semuanya mengandung melamin. Batu-batu di dalam ginjal itu sangat kecil, sangat lembut dan hampir tidak ada batu yang diameternya melebihi 2 mm, namun kerusakan ginjal yang diakibatkannya sangat nyata.
Ginjal binatang tersebut terlihat membengkak, warnanya kekuningan, besar kedua sisi ginjal berlainan, dan permukaan ginjal timbul lekukan-lekukan tidak rata. Pada sejumlah ginjal bahkan terlihat berlubang, ada yang sangat kuning hingga menyerupai kuning jeruk. Batu kecil itu tertanam rapat sekali pada dinding ginjal. Selain itu, meskipun tidak terlihat adanya batu, melamin tetap saja dapat mengakibatkan kerusakan fungsi ginjal.
Dokter Feng Dongchuan dari Rumah Sakit Anak di kota Xuzhou yang sudah berulang kali melakukan operasi ginjal pada anak – anak yang menderita batu ginjal, mendapatkan bahwa pada sejumlah kasus tingkat pembengkakan pada ginjal berbeda, terdapat lekukan-lekukan yang tidak merata, bertekstur kasar dan lain – lain.Dokter Spesialis Ginjal Asisten Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Yale, Xu Jianchao, yang menerima wawancara pada 2 November lalu menyatakan, bahwa dari percobaan pada hewan dan matinya musang kali ini telah membuktikan bahwa kunci dari kerusakan yang ditimbulkan oleh melamin adalah, karena melamin dapat memicu terbentuknya begitu banyak butiran-butiran batu kecil tersebut.
Paling tidak dari percobaan terhadap hewan didapatkan bahwa melamin membentuk sedimen batuan yang sangat kecil. Besarnya hanya sekitar 1/10 diameter rambut, dan pembentukan batuan itu terjadi pada saluran halus pada ginjal.
Batu yang terbentuk tidak dapat dilihat dengan mata manusia, namun batu tersebut justru penyebab kerusakan paling fatal. Sebab batu itu menyumbat semua bagian-bagian terpenting pada ginjal. Inilah yang umumnya diabaikan oleh awam. Karena pada umumnya orang hanya memperhatikan batu yang dapat dilihat oleh mata manusia.
Dokter Xu Jianchao mengatakan, oleh karena itu besar kecilnya batu ginjal tidak dapat menjelaskan tingkat parah atau tidaknya kerusakan ginjal.
Menurut penjelasan Dokter Xu, pada praktek pengobatan, batu ginjal ada beberapa macam. Batu ginjal yang paling banyak ditemui (mencapai 70%) adalah terbentuk dari Calsium Carbonat (CaCO3) atau batu kapur.
Batu ginjal seperti ini jauh lebih ringan jika dibandingkan batu ginjal yang timbul akibat melamin, sebab batu ginjal jenis ini tidak akan menyebabkan timbulnya batu ginjal ukuran kecil yang sangat banyak dan rapat. Juga ada jenis batu ginjal lainnya disebut urea stone yang agak mirip dengan melamin.
Bagi anak balita yang menderita batu ginjal akibat susu beracun dengan ukuran batu ginjal kurang dari 4 mm, umumnya diperbolehkan untuk pulang ke rumah, dan dianjurkan untuk minum air putih yang banyak agar dapat terbuang dengan sendirinya.
Dokter Xu mengatakan, minum air putih dalam jumlah banyak memang merupakan salah satu tindakan pengobatan yang diharuskan. Dua puluh persen kasus batu ginjal dapat dikeluarkan dengan cara minum air putih.
Di samping itu untuk jenis batu ginjal yang berbeda diterapkan metode pengobatan yang berbeda pula. Namun untuk batu ginjal akibat melamin, karena ini merupakan suatu penyakit yang sama sekali baru, hingga saat ini masih belum ada metode pengobatannya.
Seberapa besar persentase kemungkinan penyembuhan batu ginjal akibat melamin ini dengan minum air putih, Dokter Xu menyatakan hingga saat ini masih tidak jelas, dibutuhkan penerapan pengobatan untuk jangka waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasilnya. Jika dengan minum air putih tetap tidak bisa dikeluarkan, batu ginjal dikhawatirkan akan terus mengendap di dalam ginjal untuk jangka waktu yang lama.
“Boleh dikatakan tidak ada cara lain. Jika batu ginjal kecil yang tumbuh rapat tetap berada di dalam ginjal, maka cara lain sangat terbatas. Saya berharap tidak demikian. Saya berharap dengan cara minum air putih sebanyak-banyaknya, berhenti mengonsumsi makanan yang beracun, tubuh dapat perlahan-lahan pulih kembali. Namun jika batu – batu kecil ini masih tetap di dalam ginjal, maka fungsi ginjal akan cepat mengalami kerusakan. Mengenai apakah setelah mengalami kerusakan ginjal tersebut akan dapat kembali normal, kami masih belum mengetahuinya secara jelas.”Menurut analisa Dokter Xu, dapat dikeluarkan atau tidaknya batu ginjal ada hubungannya dengan ukuran besar kecilnya batu tersebut. Batu yang ukuran sedang paling sulit untuk dikeluarkan, dan pada akhirnya mungkin membuat ginjal mengalami fiberilisasi.

Pengikut