Rabu, 28 Januari 2009

Rayakan Imlek, Kirab Jut Bio

TEMANGGUNG - Tahun baru Imlek dirayakan meriah di Kecamatan Parakan, Temanggung. Di kota berhawa sejuk yang pernah di juluki The Little China Town oleh penguasa kolonial Belanda ini, berbagai atraksi mengiringi kirab Kongco Hok Tek Cing Sin atau Jut Bio. Berbagai atribut ikut dikirab keliling kota, kemarin.

Liukan Liong, bendera Hok Tek Tong, bendera Hok Tek Cin Sin, dua buah Teng, Gembreng, Kio dan barisan berkaos merah bukan dari salah satu partai tapi merupakan ciri budaya Tionghoa. Antusiasme penonton dari berbagai kalangan campur baur membentengi jalan karena di barisan belakang ikut juga mangayubagyo kesenian tradisional Pandesiswo dari Desa Pandesari Parakan yang di nakodai H Yoto.

Kirab dimulai dari Klenteng Hok Tek Tong Jalan Letnan Suwaji No 6 Parakan. Klenteng ini didirikan sekitar tahun 1842 oleh Siek Hwie Soe di atas tanah pribadinya, namun pada tahun 1844 mengalami kebakaran. Atas prakarsa dari Letnan Lie Tiauw Pek mengumpulkan para dermawan, maka pada tahun 1877 kelenteng Hok Tek Tong dapat dibangun kembali.

Dari sejarah kota Parakan, peran Etnis Tionghoa tidak boleh diremehkan, mulai dari masa penjajahan Belanda sampai dengan sekarang, bahkan Etnis Tionghoa di Litle China Town ini mencapai 40 persen dari jumlah penduduk, walaupun sebagian keturunan Etnis Tionghoa telah berbaur baik secara lingkungan maupun perkawinan dengan wong asli Temanggung.

"Namun diharapkan budaya Tionghoa bisa memperkaya keanekaragaman budaya di Temanggung," kata salah seorang panitia kirab, Yu Bien menjelaskan tentang perayaan imlek tahun ini.

Menurut penanggalan Tionghoa tahun ini adalah 2560 yang merupakan tahun dengan Shio Kerbau yang diprediksi akan penuh gejolak, tapi masyarakatnya masih bisa terjalin keutuhannya, tidak tercerai berai secara etnis. Makna lain adalah apabila seseorang dimotivasi atau diberi dukungan maka akan mengendorkan semangatnya, namun sebaliknya apabila digembosi serta dikecilkan hatinya maka akan timbul semangatnya.

"Inilah Temanggung yang kaya akan budaya dari berbagai pelosok, termasuk dari negeri sebrang, akankah kita menyia-nyiakan keutuhan Temanggung yang telah terbina selama ini," tutur Bien.(dem)( Jawa Pos, 28 Januari 2009)

Imlek di ’The Little China Town’ Parakan, Temanggung Kesenian Jawa pun ikut arak-arakan

GONG XI FA CHAI. Perayaan tahun baru Imlek 2560 di Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yang sangat meriah diakhiri dengan perayaan Cap Go Meh. Di kecamatan kota berhawa sejuk, yang pernah dijuluki The Little China Town oleh penguasa kolonial Belanda ini, sejumlah atraksi digelar mengiringi kirab Kongco Hok Tek Cing Sin atau Jut Bio, kemarin. Begitu pula berbagai atribut ikut dikirab keliling kota. Liukan liong, bendera Hok Tek Tong, bendera Hok Tek Cin Sin, dua buah teng, gembreng, kio dan barisan orang berkaos, semuanya bernuansa warna merah yang merupakan ciri budaya Cina.

Sementara antusias penonton dari berbagai kalangan terlihat campur baur ”membentengi” jalan yang digunakan untuk atraksi, yang di antaranya di barisan belakang ikut juga kesenian tradisional Pandesiswo dari Desa Pandesari, Parakan yang dipimpin H Yoto.

Kirab dimulai dari Kelenteng Hok Tek Tong, Jalan Letnan Suwaji No 6 Parakan. Kelenteng ini didirikan sekitar tahun 1842 oleh Siek Hwie Soe di atas tanah pribadinya, namun pada tahun 1844 mengalami kebakaran. Atas prakarsa dari Letnan Lie Tiauw Pek yang mengumpulkan para dermawan, maka pada tahun 1877 kelenteng Hok Tek Tong dapat dibangun kembali.

Membaur
Peran etnis Tionghoa di kota ini tidak bisa diremehkan sejak masa penjajahan Belanda sampai dengan sekarang. Etnis Tionghoa yang berdiam di The Little China Town ini mencapai sekitar 40 persen dari jumlah penduduk. Sebagian keturunan telah berbaur baik, secara lingkungan maupun perkawinan dengan wong asli Temanggung.

”Budaya Cina diharapkan bisa memperkaya keanekaragaman budaya di Temanggung,” kata seorang anggota panitia kirab, Yu Bien. Heri Setyadi-Ct (Wawasan, 27 Januari 2009)

Pengikut