Senin, 01 Juni 2009

Alim Markus, Dari Lampu Teplok, Jadi Raja Panci

Sebagian besar ibu rumah tangga pasti pernah memakai produk Maspion. Namun, tak banyak yang tahu bahwa nama besar Maspion berawal dari pabrik lampu teplok yang dibesarkan protolan SMP di sebuah rumah petak 4 x4.

---

Maspion dan Alim Markus adalah dua nama yang tak terpisahkan. Orang kini mengenal Maspion sebagai salah satu ke­lompok usaha besar asal Jawa Timur, yang tak hanya berkutat di industri peralatan rumah tanga, namun juga menjamah perbankan, real estat, hingga properti. Sedangkan Alim Markus adalah nahkoda dibalik semua sukses itu. Pria berperawakan sedang ini rela mengorbankan pendidikan dan masa kecilnya saat mulai berkiprah di dunia bisnis.

Alim Markus dilahirkan 57 tahun lalu, tepatnya 24 September 1951 di sebuah rumah petak seluas 4x4 meter persegi di Jalan Kapasan Gang II nomor 22. Karena minimnya ukuran rumah, Alim Markus yang kini memimpin grup usaha yang terdiri dari 53 perusahaan itu harus hidup uyel-uyelan dengan ayah, ibu, dan ketiga adiknya. "Jika salah anggota keluarga buang air kecil, baunya langsung ke mana-mana," ujar Alim Markus sambil terkekeh saat ditemui di kantor Maspion Kembang Jepun, Surabaya, pekan lalu.

Markus muda tak betah terus hidup susah. Sebagai anak tertua di keluarga, Markus bertekad merubah nasibnya dengan bekerja sekeras mungkin. "Saya nekat berhenti sekolah sebelum lulus SMP, saya ingin jadi pengusaha kuat. Karena itu saya memilih serius membantu orang tua bekerja dari jam lima pagi sampai tujuh malam," tutur pengusaha yang hingga kini menjabat ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim itu.

Markus kemudian mengerahkan seluruh upayanya membesarkan usaha UD Logam Djawa yang didirikan ayahnya Alim Husin pada Oktober 1965, di daerah Pecindilan, Surabaya. UD Logam Djawa awalnya memproduksi lampu teplok. Alim Husin ketika itu sanggup memproduksi 300 lusin lampu teplok perhari.

Saat Alim Markus terjun total membantu bisnis sang ayah, dia masih berumur belia, 15 tahun. Ketika anak seusianya memuaskan gairah anak muda, Alim Markus menjalani semua aktivitas buruh pabrik. Mulai dari ngepel lantai sampai menangani pekerjaan staf administrasi, staf keuangan, dan lain-lain. Markus juga sempat juga terlibat dalam pemasaran. Dengan sepeda pancal dia berkeliling menjajakan barang ke toko-toko di daerah Pabean dan Pasar Turi.

Setelah bekerja keras lima tahun lebih, keluarga Markus mulai memetik hasil. Minat masyarakat sekitar semakin bertambah, produk dari UD Logam Djawa makin laris. Akhirnya pada 1972 didirikan Maspion yang berarti Mengajak Anda Selalu Percaya Industri Olahan Nasional. Pada tahun itu juga, Markus memiliki mobil pertamanya yakni Holden. Markus juga memboyong keluarganya dari rumah petak ke rumah cukup besar di kawasan yang lebih elit yakni di Embong Tanjung No. 5, yang dia tinggali sampai sekarang. Perusahaan pun dipindah ke daerah Gedangan, Sidoarjo. Alim Husin, yang mulai yakin terhadap kemampuan anak-anaknya, secara perlahan mulai menarik diri dari panggung. Dan sebagai putra tertua, Alim Markus muda yang ditunjuk langsung sebagai presiden direktur, sedangkan Alim Husin sebagai Chairman. Saudara kandung lainnya Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa masing-masing didudukan sebagai direktur pengelola. (lucky nur hidayat/kim)

Kata kolega

Sederhana tetapi berkarakter sehingga banyak orang yang segan dan menjadikannya panutan.''

Henry J. Gunawan, Presdir PT Surya Inti Permata Tbk

Alim tetap ulet bekerja keras dengan jujur walau dulu banyak pengusaha yang memakai dana BLBI.''

Erlangga Satriagung, Ketua Kadin Jatim

---

BIODATA

Nama: Alim Markus

Lahir: Surabaya, 24 September 1951

Jabatan:Presiden Direktur Grup Maspion

Orangtua:Ayah Alim Husin, Ibu Angkasa Rachmawati

Istri: Sriyanti

Anak:Enam Orang

Saudara kandung:Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa

Pendidikan: Kelas 3 SMP tidak selesai

Anak perusahaan : 53

Bidang Usaha : produk kebutuhan rumah tangga, konstruksi, material, dan industri, property, gedung perkantoran dan mal, dan jasa keuangan

Karyawan : 30.000 orang
(Jawa Pos, 1 Juni 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut